RAB.com (JAKARTA): “Kok tidak terasa ya suasana lebaran tahun ini,” kata Oki manajer keuangan di salah satu kantor di kawasan Permata Hijau yang tak mudik pada lebaran yang baru berlalu. “Berita-berita TV soal pantauan arus mudik adem-adem saja. Beda dengan tahun lalu yang begitu heboh macet dan kacaunya,” tambah warga Cibubur ini
Yang dimaksud bapak tiga anak itu adalah soal macet di gerbang Brebes Timur Exit (Brexit) yang menewaskan beberapa orang pada musim mudik 2016. Saat itu lalu lintas di kawasan Brexit praktis mandek total beberapa hari. Banyak mobil pemudik yang beringsut-ingsut jalannya kehabisan bahan bahan. Evakuasi beberapa pemudik yang sakit parah ke rumah sakit praktis tak bisa dilakukan.
“Ternyata kita bisa ya.. bikin nyaman pemudik.. Bikin tol darurat 100 sekian kilometer dan empat flyover baru dalam setahun ternyata ya jadi..,” timpal Adi, sepupunya, yang sedang berkunjung. “Duit untuk membangun ternyata juga ada.. Jadi ngapain aja sebenarnya pemerintahan sebelumnya saat mengelola mudik,” tambah Adi yang merasakan nikmatnya mudik ke Solo kali ini dalam nada heran.
Itulah sekilas percakapan tentang acara tahunan mudik yang kali ini jauh dari kesan heboh bernuansa huru-hara atau bahkan kekacauan yang tak bisa diatasi. Meskipun masih diwarnai banyak pemotor yang nekad mengadu nyawa di jalan raya demi menemui handai tolan di kampung halaman, mudik kali ini kata polisi jauh lebih nyaman dan angka kecelakaan terpangkas lebih dari separuh.
Adi pada H-2 Lebaran berangkat mudik. Masuk dari salah satu gerbang Jakarta Outer Ring Road (JORR) yang melintas di samping kompleks rumahnya di kawasan Ragunan pada sekitar pukul 06.00 WIB dan tak keluar lagi. Mobil yang dikendarainya sudah keluar dari tol darurat di daerah Kendal pada sekitar pukul 15.30 WIB.
Jauh lebih nyaman
Mobil berpenumpang lima orang itu praktis melaju lurus di jalan tol sepanjang hampir 400 kilometer. Dari Jakarta-Cikampek-Cikopo-Palimanan-sampai Brebes, disambung masuk tol darurat dari Brebes Timur sampai keluar di gerbang tol Gringsing. Bisa dikatakan masuk tol dari depan rumah di Jakarta, saat keluar tol sudah menjelang masuk kota Semarang dalam waktu tempuh hampir 10 jam.
Untuk ruas tol terakhir yang darurat jelas memang belum nyaman. Kondisinya: berdebu, jalur sempit hanya bisa dilalui dua mobil ke satu arah, permukaan jalan beton kasar yang saat mobil melaju 50 kilometer/jam membuat penumpangnya berasa terbanting-banting, dan kontur naik-turun yang hampir tiap kali membuat supir hilang orientasi karena mobil di depannya sempat sama sekali tak terlihat.
Untung saja cuaca siang hari itu cukup nyaman karena mendung. Bisa dibayangkan jalan beton berbatasan langsung dengan tanah bekas sawah dan ladang itu akan menjadi sangat licin bila debu yang kadang begitu tebal itu bercampur dengan air hujan. Kendala kurangnya rambu-rambu lalu lintas di sepanjang jalan tol darurat pun tidak menjadi masalah.
Di luar kondisi tersebut yang dirasakan pemudik tentu jauh lebih nyaman daripada bermacet ria setiap menjelang pasar tumpah atau menemui antrian di pompa bensin pada jalan raya biasa. Atau yang paling parah saat menjelang persimpangan selepas gerbang tol yang arus lalu lintasnya mengunci (macet total), entah karena jalan yang menyempit atau koordinasi aparat yang terkendala.
Apalagi di sepanjang tol darurat sudah tersedia rest area dari yang sekadarnya sampai yang memang benar-benar disiapkan oleh pemerintah. Dari pengamatan sekilas rest area yang disiapkan kondisinya cukup layak. Selain fasilitas parkir, rata-rata sudah ada toilet, mushola, bahkan beberapa dilengkapi gerai toko terkemuka dan mobil tangki bahan bakar yang stand-by.
Apresiasi Presiden Jokowi
Yang juga tampak menonjol: adanya barak polisi dan tentara berisi tempat tidur lipat. Sangat terlihat betapa pemerintah kali ini sangat serius mengelola berbagai sarana, prasarana, dan personel untuk membuat aman dan nyaman para pemudik. Mungkin menyesuaikan dengan filosofi pemerintah bahwa mudik adalah satu-satunya ritual tahunan yang paling membahagiakan masyarakat.
Melihat pengelolaan arus mudik dan balik yang berjalan dengan sangat lancar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk tidak mengatakan tahun ini sebagai tahun yang terbaik yang belum pernah ada, tak berlebihan saat Presiden Jokowi mengatakan bahwa situasi Ramadan dan Lebaran tahun ini begitu kondusif.
Jokowi saat menghadiri HUT ke-71 Bhayangkara di Monas mengapresiasi korps Polri secara khusus. Jokowi menilai situasi selama Ramadan dan Idul Fitri 1438 H berjalan kondusif. Jokowi atas nama negara dan pemerintah berterima kasih dan mengapresiasi kerja keras Polri dan juga pada pengabdian seluruh personel Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Jokowi menilai hasil kerja tersebut nyata. “Sebagai contoh di bulan suci Ramadan dan Lebaran tahun ini situasi kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) sangat kondusif. Seluruh masyarakat merasa aman, lalu lintas mudik lebaran lancar, kecelakaan lalu lintas turun drastis, dan harga-harga kebutuhan pokok juga stabil,” kata Jokowi, Senin (10/7).
Presiden berterima kasih kepada Polri karena pengamanan mudik lebaran lancar. Presiden berterima kasih kepada Polri karena pengamanan mudik lebaran lancar. Jokowi juga memberikan penghargaan pada kerja keras personel Polri yang bertugas di kota-kota besar maupun di berbagai pelosok tanah air.