RAB.com (JAKARTA): Menyantap burger atau ayam goreng rasanya tak lengkap tanpa kentang goreng. Potongan kering dan renyah itu sangat lezat disantap setelah dicocol ke sambal. Namun para penggila kentang goreng mesti berhati-hati. Satu penelitian yang menganalisis data 4.400 orang selama delapan tahun menunjukkan konsumsi kentang goreng meningkatkan risiko kematian.
“Mereka yang mengkonsumsi kentang goreng dua-tiga kali per minggu meningkat hingga dua kali lipat risiko meninggal dunia karena serangan jantung. Penyebabnya, sistem peredaran darah yang terlalu dipenuhi kolesterol, garam, dan racun-racun lain,” demikian hasil penelitian yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition awal Juni lalu.
Penelitian dampak buruk kentang goreng terhadap kesehatan ini dilakukan Luigi Fontana dari Brescia University Medical School dan CEINGE Biotecnologie Avanzate – keduanya di Italia – dan timnya. Kesimpulan itu diambil setelah menganalisis data lebih dari 4.400 orang di Amerika Serikat (AS).
Partisipan penelitian berusia 45-79 tahun dengan rata-rata usia 61,3 tahun yang 2.551 (57.9%) wanita . Mereka diteliti selama delapan tahun dan 236 orang di antaranya kemudian meninggal. Penelitian mendapati bahwa mereka yang meninggal adalah yang paling sering makan kentang goreng.
“Konsumsi rutin kentang goreng meningkatkan risiko kematian. Tapi masih dibutuhkan penelitian lanjutan guna memastikan hubungan tersebut,” kata Fontana menambahkan meskipun begitu analisis terhadap bagian kelompok mengindikasikan bahwa partisipan yang makan kentang goreng dua hingga tiga kali per minggu dan tiga kali atau lebih per minggu risiko kematiannya meningkat dua kali lipat.
Sajikan tanpa digoreng
Hasil itu sebenarnya tak mengejutkan. Medical News Today tahun lalu menemukan bahwa makan empat porsi atau lebih kentang goreng per minggu bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Pada riset terbaru, Fontana dan timnya menyelidiki efek makan kentang goreng terhadap kematian yang merupakan subjek yang diyakini kurang mendapat perhatian.
Menganalisis penyebab kematian, Fontana mengatakan salah satunya adalah akrilamid yang terbentuk dari makanan mengandung zat tepung saat digoreng dengan suhu tinggi. Menurut badan kesehatan pemerintah AS, akrilamid termasuk karsinogen. Zat kimia berbahaya ini terbukti bisa menyebabkan tumor di kelenjar adrenalin, tiroid, dan paru-paru.
Di AS, kentang merupakan bahan makanan, khususnya dalam bentuk yang sudah diolah. Menurut Departemen Pertanian AS (USDA), kentang olahan – termasuk french fries dan potato chips – proporsinya mencapai 64 persen dari total kentang yang dikonsumsi di AS pada tahun 2000-an. Proporsi itu meningkat dibandingkan 35 persen pada 1960-an.
Fontana mengatakan konsumsi kentang selain yang digoreng tak berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian. “Tak ada larangan menyantap potongan-potongan kentang yang cara penyajiannya diubah. Tak lagi digoreng, tapi dikukus atau direbus,” ujarnya menambahkan sajian lebih sehat termasuk salad kentang rebus, kentang panggang, dan kentang giling (mashed).
Kentang putih yang tidak digoreng, lanjutnya, merupakan makanan yang relatif sehat karena mengandung cukup serat, sejumlah vitamin, dan micronutrients. “Semua itu bisa mengimbangi efek merusak dari indeks glikemiknya yang tinggi.” Hingga kini Center for Nutrition Policy and Promotion merekomendasikan tiga hingga lima porsi sayuran (termasuk kentang) per hari dan sebisa mungkin disajikan tanpa digoreng (rendah lemak).