RAB.com (JAKARTA): Google mendanai projek jurnalisme oleh komputer atau robot dengan target memproduksi 30 ribu berita per bulan untuk media lokal di Inggris. Kantor berita lokal Inggris, Press Association (PA), menerima 622.000 poundsterling (Rp 10 miliar ) untuk skema yang disebut Radar (reporter, data, dan robot). Kantor berita itu akan bekerja sama dengan Urbs Media, sebuah start up.
Projek Radar dinyatakan akan menguntungkan “media yang mapan”, penerbit independen, dan blogger lokal. Proyek yang akan mulai diluncurkan pada 2018 ini tetap menggunakan jurnalis manusia. Lima orang akan ditugaskan menggunakan sumber data resmi terbuka untuk mengotomatisasi laporan tentang kesehatan, kriminalitas, pekerjaan, dan subjek lainnya.
“Wartawan manusia yang terampil masih akan sangat penting dalam prosesnya, namun Radar akan memungkinkan kita memanfaatkan kecerdasan artifisial (AI) untuk meningkatkan volume cerita lokal yang tidak mungkin dikerjakan secara manual, ” kata editor PA, Pete Clifton. Dia menambahkan bahwa media berita membutuhkan cara “hemat biaya” untuk menghasilkan cerita lokal.
Menurut Neil Thurman, profesor komunikasi dari University of London dan University of Munich, projek itu merupakan langkah menarik. Tapi, ia menilai keberadaan robot atau komputer tetap akan mematikan jurnalisme manusia. “Saya sulit melihat bagaimana otomatisasi akan membantu memberikan liputan tambahan tentang pengadilan hakim lokal atau saksi utama, ” kata Thurman.
Alih-alih tertarik pada jurnalisme berdasar lonjakan “data alert“, lanjutnya, konsumen berita lokal dinilai akan lebih tertarik pada berita dan analisis yang dikuratori dengan hati-hati. Dengan demikian hal itu akan memastikan pelestarian jurnalis manusia. “Anda tidak bisa benar-benar meliput (pemerintah daerah) melalui otomatisasi,” ujarnya seperti dikutip BBC pekan lalu.
Kualitas masih kurang
Yang dimaksud Thurman berita tentang pemerintah lokal berisi banyak tentang penyelidikan jurnalistik, isu politik, hubungan pribadi, yang telah mengatakan apa yang kepada siapa, dan aspek lain yang sangat dinamis. “Sulit untuk mendapatkan informasi tersebut dalam bentuk newsfeed,” tandas Thurman.
Thurman dan rekannya baru-baru ini menerbitkan satu studi tentang contoh jurnalisme otomatis yang dievaluasi oleh reporter profesional manusia. Banyak yang merasa bahwa kualitas penulisan dalam laporannya kurang, kata dia, meskipun beberapa laporan yang disarankan bisa berguna untuk memberi sumbangan pada berita faktual tertentu yang nantinya dapat diperluas oleh manusia.
Wartawan robot juga diketahui telah menangkap informasi fiktif. Bulan lalu, sebuah program LA Times menerbitkan sebuah peringatan tentang gempa berkekuatan 6,8 skala richter di California. Laporan itu bertanggal 29 Juni 2025 dan sebenarnya terkait dengan gempa yang terjadi 100 tahun sebelumnya saat pemberitahuan tersebut telah diterbitkan secara keliru oleh US Geological Survey.
Satu robot jurnalis tengah dibuat oleh peneliti dari Intelligent Systems Informatics Lab, Tokyo University. Robot jurnalis ini mampu mendeteksi dan mencari tahu perubahan di sekitarnya serta melaporkan temuannya. Robot mendeteksi perubahan sekitarnya, memutuskan jika mereka mendekati objek dan mengambil gambar dengan kamera internal.
Selain itu robot juga menggali informasi dari orang sekitarnya dan menggunakan pencarian di internet untuk menambah pemahaman mengenai sekitarnya. Saat satu peristiwa muncul dan layak berita, robot ini akan menulis artikel singkat dan mempublikasikannya di web.
Fenomena tersendiri
Charlie Catlett, dari Argonne National Labs, sangat tertarik dengan bot. Dia menyampaikannya dalam sejumlah pertemuan dalam the Information Processing Society di Japan. Menurut dia, dengan mengkombinasikan dunia nyata dan pencarian internet, robot jurnalis akan menjadi sistem otomatis. “Berikan sedikit waktu, dan robot akan menjadi aset bernilai bagi penyedia jasa berita dimanapun.”
Berbagai tren jurnalisme yang melaporkan peristiwa secara otomatis muncul belakangan ini: piranti lunak yang bisa menulis laporan olahraga, mengambil video berita dengan membandingkan gambar, dan mengambil opini di internet. Robot jurnalis menjadi fenomena tersendiri karena merupakan robot pertama yang mengumpulkan informasi dari orang di sekitar, layaknya jurnalis manusia.
Meskipun saat ini robot jurnalis masih dalam bentuk primitif, keberadaannya berpeluang menggantikan jurnalis dalam melipit dan melaporkan peristiwa di tempat berbahaya seperti dalam perang. Keberadaan robot jurnalis ini sama sekali berbeda dengan robot peliput perang Afghanistan milik MIT Amerika yang dioperasikan dari jarak jauh pada 2002.
Dalam perkembangannya, tulis Guardian, robot jurnalis yang dikembangkan saat ini sudah berfungsi secara otomatis. Sangat boleh jadi di masa depan, jurnalis harus bersiap-siap kehilangan pekerjaan, apabila robot tersebut sudah bisa mengambil gambar, melakukan riset sendiri, mewawancara saksi mata, dan bekerja dibawah tekanan luar biasa.