RAB.com (JAKARTA): “Gudang Kiamat” (Doomsday Vault) kedua telah dioperasikan di Svalbard, Norwegia. Gudang penyimpan file digital yang juga disebut Arsip Dunia Arktik itu dibangun di satu pulau yang terletak antara Norwegia dan Kutub Utara. Tempat itu menampung buku dan dokumen berharga dari seluruh dunia untuk mengantisipasi kejadian ekstrem seperti bencana dahsyat dan perang nuklir meluluhlantakkan dunia.
“Kami yakin bisa dapat menyelamatkan data menggunakan teknologi kami sampai 1.000 tahun kemudian,” kata Kartrine Loen Thomson dari Piql kepada NRK, Penyiaran Nasional Norwegia (28/3). Piql adalah perusahaan yang mengoperasikan Gudang Kiamat itu. Buku-buku itu akan disimpan dalam bentuk digital. Selain Norwegia, Brasil dan Meksiko akan menjadi yang pertama menyimpan data-datanya di tempat yang juga disebut perpustakaan itu.
Sejauh ini Amerika dan Inggris belum memutuskan menyimpan arsip-arsip nasional di situ. Tapi masih ada kemungkinan akan bergabung dengan Brasil dan Meksiko dalam menjadi yang pertama menyimpan data nasionalnya. Eric Cardoso, dari Arsip Nasional Meksiko, mengungkapkan, “Ada perasaan khusus saya harus menyimpan memori bangsa saya di kepulauan Arktik.”
Diharapkan banyak negara berpartisipasi dalam projek ini dengan memilih untuk menyimpan versi terdigitalisasi dari buku-buku dan dokumen paling penting perpustakaan raksasa ini. “Agar semuanya bisa selamat, sekalipun terjadi perang nuklir dan bencana mahadahsyat, sehingga bisa dinikmati generasi lanjut di masa datang.” Arsip-arsip pilihan dari setiap bangsa itu bahkan disebut akan menjadi abadi.
“Arctic World Archive adalah satu gudang data offline yang memastikan data paling sensitif dan tak tergantikan bisa terlindung untuk masa depan,” demikian tertulis pada satu brosur yang bisa dilihat di link: cld.bz/6Dx45a/2.
Teknologi baru media film
Fasilitas penyimpanan raksasa tahan serangan nuklir ini didesain untuk menampung jumlah sangat besar data menggunakan teknologi baru. Teknologi menggunakan metode penyimpanan data yang lebih tahan lama. Informasi akan disimpan dengan aman di dalam Gudang Kiamat kedua ini menggunakan sistem baru memanfaatkan media film untuk merekam data, sebagai ganti hard drive atau media penyimpanan lain yang keandalannya lebih rendah.
Teknologi ini dirintis oleh Piql dengan menggunakan dana dari Uni Eropa dan Norwegian Research Council and Innovation Norway. Piql telah dikenal luas melakukan penelitian mengenai film sebagai media penyimpanan. Piql menemukan ulang pemanfaatan film peka cahaya (photosensitive) dengan mengubahnya menjadi media penyimpanan digital.
Dengan menulis file digital dalam format biner (binary) pada film resolusi tinggi, daya tahan dan kekuatan film dikombinasikan dengan kemudahan pencarian dan akses teknologi digital. Hasilnya satu cara melindungi data dengan cara yang aman, bebas migrasi dan cocok untuk masa depan. Semua film berisi data disimpan jauh di bawah tanah di satu liang tambang beku untuk menjaga agar suhunya konstan. Tempat yang disebut Mine-3 itu dibangun dan dikelola oleh Store Norske, satu perusahaan mapan di kawasan Arktik.
Di Svalbard sebelumnya sudah berdiri The Global Seed Vault, tempat penyimpanan raksasa berbagai benih-benih dari seluruh dunia yang dapat menolong umat manusia untuk bertahan ketika suplai makanan tersapu bersih. Sama dengan bank benih, Perpustakaan Kiamat ini juga berada di dalam gunung pada satu pulau di dekat Kutub Utara yang berdasarkan perjanjian Svalbard yang ditandatangani 42 negara tahun 1920 dan dinyatakan sebagai zona demilitarisasi.
Svalbard diklaim sebagai tempat paling aman di bumi untuk “kedutaan digital”, tempat terpencil khusus, untuk menyimpan data-data penting. Di satu dunia yang terus terancam makin banyak serangan siber, spionase dan perang digital, ide kedutaan digital ini bukan hal baru. Sebut Estonia yang telah berinovasi di barisan depan dalam arti melindungi identitas digital negaranya, menggunakan data kedutaan sebagai bagian dari keamanan nasionalnya.