RAB.com (JAKARTA): Pernah berpikir untuk meninggalkan bumi yang akan ditinggali 9 miliar jiwa pada tahun 2050? Kolonisasi planet menjadi langkah lanjutan ambisi manusia setelah penjelajahan angkasa luar. Setelah ditemukan tahun lalu, para ilmuwan melakukan studi simulasi pada Proxima b, planet seukuran bumi yang menjadi salah satu incaran eksplorasi mencari bukti kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa Proxima b mungkin bisa menjadi tempat yang mampu menyokong kehidupan dan yang penting: bisa dihuni.
Proxima b adalah eksoplanet alias planet di tata surya lain yang terdekat dengan bumi. Planet yang diperkirakan berwujud batu seperti bumi itu terletak sekitar 7,5 juta kilometer dari bintang Proxima Centauri. Sama seperti bumi di dalam tata surya, Proxima b berada di dalam zona aman atau kawasan yang memungkinkan sebuah planet memiliki air dalam bentuk cair yang stabil dan unsur pendukung kehidupan lainnya.
“Kami menggunakan pemodelan yang dipakai dalam proyeksi perubahan iklim di bumi dan mengkombinasikannya dengan posisi orbit dan proyeksi susunan atmosfer Proxima b,” kata pemimpin riset Ian Boutle dari Universitas Exeter, Inggris, yang membuat berbagai skenario kondisi lingkungan untuk Proxima b. Bekerja sama dengan Met Office, badan layanan cuaca Inggris, berbagai skenario dibuat berdasarkan konfigurasi orbit Proxima b.
Tak seperti bumi, Proxima b mengorbit dengan satu sisi yang sama selalu menghadap bintang induk yang menyebabkan perbedaan suhu yang besar antara bagian yang tersinari dan tidak. Dalam simulasi, suhu tertinggi di bagian yang selalu menghadap bintang sekitar 17 derajat. Namun temperatur di sisi gelap anjlok sampai minus 123 derajat Celsius. Proxima b juga punya siklus rotasi unik. “Mirip Merkurius, planet itu berotasi tiga kali pada porosnya setiap dua kali mengelilingi bintangnya,” kata Ian di laman Universitas Exeter, pekan lalu.
Hasil simulasi, seperti dilaporkan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics edisi 1 Maret lalu, menunjukkan bahwa kondisi Proxima b memungkinkan mendukung kehidupan. Bahkan, dengan skenario susunan atmosfer yang lebih sederhana, hanya berupa nitrogen dan karbon dioksida, Proxima b memiliki temperatur cukup hangat untuk menyokong keberadaan air dalam bentuk yang stabil.Menurut Nathan Maine, ahli astrofisika yang terlibat dalam riset itu, berbagai variasi radiasi yang mungkin diterima Proxima b juga diperhitungkan dalam simulasi.
Perlu 1.000 tahun
“Dalam kondisi yang tepat, permukaan Proxima b mungkin mengandung air dan bisa dihuni,” kata Nathan. Namun adanya perbedaan ekstrem suhu itu mungkin juga tidak membuatnya jadi tempat yang nyaman untuk membangun koloni baru. Berbagai skenario dibuat, tapi kondisi sebenarnya Proxima b masih menjadi misteri.
Teka-teki ada tidaknya penyokong kehidupan di Proxima b kemungkinan baru bisa terjawab setelah teleskop antariksa tercanggih James Webb diluncurkan dan ditempatkan di orbit bumi tahun depan. Pengganti teleskop antariksa Hubble itu memiliki instrumen yang lebih baik untuk mengobservasi obyek jauh secara detail.
Sejauh ini Proxima b dianggap sebagai planet mati tanpa udara. Bintang induknya, Proxima Centauri, tergolong bintang katai merah yang massanya hanya 12 persen dari matahari dan bermedan magnet 600 kali lebih kuat serta relatif lebih dingin daripada matahari. Meski begitu, Proxima Centauri masih punya energi cukup besar untuk menghancurkan atmosfer planet. Belum diketahui juga apakah Proxima b memiliki medan magnet seperti bumi yang bisa melindunginya dari badai energi matahari.
Kalaupun lingkungan Proxima b sangat mendukung untuk hidup, manusia punya masalah besar untuk mencapai planet yang berjarak sekitar 40.000 miliar kilometer atau 4,24 tahun cahaya dari bumi. Belum ada teknologi transportasi buatan manusia saat ini yang bisa menempuh jarak sejauh itu. Bandingkan perjalanan mencapai bulan yang jaraknya sekitar 384.000 kilometer saja, diperlukan waktu sekitar tiga hari dengan teknologi roket yang tersedia saat ini.
Dengan teknologi roket yang sama, sekurangnya perlu 81,000 tahun untuk mencapai sistem Proxima Centauri. Teknologi roket termal nuklir dinilai lebih cepat, tapi masih dalam pengembangan. Dengan teknologi baru ini, manusia bisa mencapai planet Mars dalam 90 hari. Namun masih perlu waktu 1.000 tahun untuk mencapai Proxima b. Teknologi roket dengan reaksi fusi, seperti yang terjadi saat matahari melepaskan energi, secara teori bisa mengantarkan manusia ke Proxima b dalam waktu 36 tahun. Sayangnya, belum ada cara aman untuk menguasai teknologi reaksi fusi ini.
Dugaan bumi super
Sekitar setahun lalu tim ilmuwan yang bekerja di proyek Pale Red Dot menemukan Proxima b. Temuan ini merupakan hasil penelitian selama bertahun-tahun oleh astronom yang hingga saat ini mengumpulkan 1.284 eksoplanet di alam semesta yang telah terkonfirmasi keberadaannya. Dari sejumlah tersebut, 100 diantaranya seukuran dengan Bumi. Sementara itu, ada 9 planet yang diduga layak untuk dihuni manusia.
Pengamatan yang dilakukan secara sporadis antara tahun 2000 dan 2014 telah mengisyaratkan keberadaan sebuah planet yang mengorbit bintang Proxima dalam 11 hari. Saat itu, tanda-tandanya agak samar, sehingga ilmuwan belum dapat memastikannya. Awal 2016 tim ilmuwan Pale Red Dot menggunakan instrumen pengamat benda langit yang paling tajam: High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS), untuk mengamati bintang katai merah tersebut.
Berlokasi di situs European Southern Obervatory di La Silla, Chile, HARPS mengukur pergerakan bintang malam demi malam. Tim ilmuwan berhasil mendeteksi sinyal bintang itu sepanjang penelitian. Setelah lebih dari 30 malam, tim ilmuwan akhirnya mulai menyusun karya ilmiah berisi tentang penemuan tersebut, yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 24 Agustus 2016.
“Kami mencoba untuk tetap skeptis, karena tidak ingin mengklaim hal besar seperti ini, dan kemudian menariknya beberapa bulan kemudian,” kata salah satu anggota tim, Guillem Anglada-Escude. Hasil observasi mengungkap bahwa selain Proxima b, dari salah satu tanda, menunjukkan bahwa ada kemungkinan planet bumi super mengorbit bintang yang sama tiap 200 hari. “Akan tetapi tim membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan asal-usul sinyal tersebut,” kata Anglada-Escude.
Planet tersebut mengelilingi bintang terkecil di sistem tiga bintang Alpha Centauri, yakni bintang katai merah Proxima Centauri, yang bersinar di bagian selatan rasi Centaurus. “Planet bebatuan berpotensi layak huni di sekitar Proxima akan menjadi lokasi paling alami bagi peradaban kita jika harus pindah setelah matahari kita padam, lima milyar tahun dari sekarang,” kata ilmuwan Avi Loeb dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.