RAB.com (JAKARTA): Projek penelitian gabungan sembilan tahun telah menghasilkan terobosan penting dalam penelitian kanker. Kini ilmuwan bisa menjelaskan bagaimana efek Warburg, satu fenomena dimana sel kanker dengan cepat mengurai gula, memicu pertumbuhan tumor.
“Penemuan ini memberi bukti adanya hubungan positif antara gula dan kanker, yang mungkin berdampak jauh pada diet sesuai kebutuhan untuk pasien kanker,” kata pimpinan projek penelitian Johan Thevelein. Dia menambahkan fokus utama penelitian yang dimulai pada tahun 2008 itu adalah efek Warburg.
Projek ini dilakukan oleh VIB (lembaga penelitian sains biologi Belgia), KU (Universitas Katolik) Leuven, dan Vrije Universiteit Brussel (VUB). Selain Thevelein, riset ini juga dimotori Wim Verses (VIB-VUB) dan Veerle Janssens (KU Leuven).Hasilnya telah telah dipublikasikan di jurnal akademik terkemuka Nature Communications.
Dasar riset ini dari pengamatan bahwa sel tumor mengubah gula dalam jumlah jauh lebih banyak menjadi laktat dibandingkan dengan jaringan sehat. Sebagai salah satu ciri paling menonjol dari sel kanker, fenomena ini telah banyak dipelajari dan bahkan digunakan untuk mendeteksi tumor otak, selain berbagai aplikasi lainnya.
“Tapi sejauh ini, belum jelas apakah efek tersebut hanyalah gejala kanker, atau penyebab kanker,” ujar Thevelein. Sementara penelitian sebelumnya tentang sel kanker difokuskan pada pemetaan keganjilan metabolisme, penelitian ini menjelaskan hubungan antara penyimpangan metabolik dan potensi onkogenik pada sel kanker.
“Penelitian kami mengungkapkan bagaimana konsumsi gula yang sangat aktif dari sel-sel kanker mengarah pada siklus mematikan terkait stimulasi berlanjut pada perkembangan dan pertumbuhan kanker. Dengan demikian, dapat menjelaskan hubungan antara kuatnya efek Warburg dan agresivitas tumor,” kata Thevelein seperti dikutip laman ScienceDaily (13/10).
Menggunakan sel ragi
Hubungan antara gula dan kanker ini, lanjut dia, memiliki konsekuensi yang mendasar. “Hasil kami menyediakan pijakan bagi penelitian selanjutnya di bidang ini, sehingga sekarang kita dapat melakukan dengan fokus yang jauh lebih tepat dan relevan,” papar dia sambil menjelaskan bahwa risetnya menggunakan ragi sebagai organisme yang diteliti.
Penelitian pada sel ragi sangat penting perannya pada temuan ini. Sel-sel ragi mengandung protein ‘Ras’ yang juga biasa ditemukan pada sel tumor, yang dapat menyebabkan kanker dalam bentuk yang termutasi. Menggunakan ragi sebagai organisme model, tim peneliti memeriksa hubungan antara aktivitas Ras dan metabolisme gula yang sangat aktif pada ragi.
Thevelein yang mewakili kolaborasi VIB-KU Leuven mengatakan bahwa hasil amatan pada ragi menunjukkan bahwa penguraian gula sampai pada fruktosa intermediate 1,6-biofosfat yang mengaktivasi protein Ras. Selanjutnya fruktosa ini, kata dia, memicu pembelahan baik pada sel ragi maupun kanker.
“Cukup mengejutkan bahwa mekanisme pelestarian dari evolusi panjang pada sel ragi ini juga ada pada sel manusia. Keuntungan utama penggunaan ragi adalah bahwa penelitian kami tidak terpengaruh oleh mekanisme pengaturan tambahan pada sel mamalia, yang menyembunyikan proses mendasar yang penting.”
Karena itu, lanjutnya, kami bisa menarget proses ini dalam sel ragi dan memastikan keberadaannya dalam sel mamalia. Namun, temuan ini tidak cukup untuk memastikan penyebab utama efek Warburg. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah penyebab utama ini juga dilestarikan pada sel ragi.