RAB.com (JAKARTA): Fidget spinner tengah digandrungi kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Cara bermain dengan memegang bagian tengah berupa roda dengan telunjuk dan jempol dan memutar bagian tepi menggunakan jari tengah itu diklaim punya banyak manfaat. Namun khususnya untuk anak lima tahunan harus diperhatikan faktor keselamatannya.
Permainan spinner ini diklaim dapat mengendalikan stres. Benarkah demikian? “Bermain fidget spinner membuat salah satu tubuh bergerak. Ketika bergerak dan fokus terhadap spinner kita bisa mengalihkan dari berbagai pikiran di otak yang menyebabkan stress,” kata psikolog klinis Ine Indriani dikutip Tempo, Senin, 10 Juli 2017.
Namun, lanjut salah satu psikolog di Jakarta Eye Center itu, belum ada penelitian ilmiah bahwa spinner dapat mengendalikan stres. Dia menduga saat melakukan gerakan motorik dengan spinner membantu orang mengalihkan perhatian dan menenangkan. ” Tapi mesti diingat spinner tidak menghilangkan penyebab stres. Jadi tetap harus dengan psikoterapi dan konseling untuk mengatasi akar masalahnya,” kata Ine.
Sedangkan menurut psikolog anak, Anita Chandra, spinner bisa membantu mengendalikan stres karena bersifat gerak ritmik. “Seperti ketika kita cemas, kita menggoyangkan kaki, atau pensil.” Namun, menurut Anita, hal itu bukan semata-mata karena spinner disebut punya manfaat, tapi karena efek sensoris yang dihasilkannya.
“Masalahnya terkait sensoris ini, tiap orang berbeda dalam pemrosesannya. Jadi, ada efeknya atau tidak, balik lagi ke individu. Secara ilmiah, evidence based-nya yang membuktikan ini belum ada,” ujar psikolog klinis anak di Klinik Anakku Kelapa Gading menanggapi klaim spinner bisa membantu anak yang gugup, autistik, dan penderita ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).
Psikolog klinis dari University of Central Florida, Mark Rapport, menyatakan jangan buru-buru menyimpulkan bahwa permainan fidget spinner bermanfaat untuk anak berkebutuhan khusus. “Karena belum banyak penelitian tentang kegunaan permainan ini terhadap individu apalagi anak berkebutuhan khusus,” ujarnya dikutip Parentherald beberapa waktu lalu.
Beberapa kasus
Fidget spinner adalah gadget mekanis yang dirancang untuk bisa berputar cepat pada satu porosnya. Poros berupa bantalan bundar di tengah ini memungkinkan mainan berputar dengan mulus di tangan anak sehingga dia merasa tenang atau ketagihan. Mainan dengan banyak variasi warna yang masuk ke pasar pada April 2017 ini dibuat oleh Catherine Hettinger, 60 tahun.
Perempuan asal Florida, Amerika Serikat itu awalnya membuat fidget spinner sebagai alat untuk membuatnya tenang ketika bekerja. “Lama-kelamaan saya menyukainya, dan berpikir mungkin bermanfaat untuk orang lain,” kata Hettinger menambahkan popularitas mainan ini merupakan pencapaian karyanya untuk anak-anak.
Hettinger mendaftarkan hak paten untuk mainan ciptaanya pada 1997. Hak paten tersebut habis pada 2005 dan Hettinger tidak memperpanjang. Walhasil, saat ini banyak perusahaan mainan yang mengembangkan fidget spinner. Sementara Hettinger mengklaim mainan ciptaannya membantu anak lebih tenang, dampak buruk mainan ini menjadi perhatian di sejumlah negara.
Beberapa guru di sekolah di Inggris menyatakan fidget spinner telah mengganggu kegiatan belajar-mengajar. “Permainan ini memecah konsentrasi belajar. Anak-anak jadi berfokus pada benda itu ketimbang memperhatikan pelajaran,” ujar seorang guru di sebuah sekolah di Inggris, Danielle Timmons.
Di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS), penggunaan spinner banyak dilarang di sekolah karena dianggap mengganggu. Kasus menghebohkan karena spinner bahkan terjadi di Negara Bagian Texas dan Oregon, AS, di mana bocah bernama Britton (10) dan Cayden (5) dilarikan ke rumah sakit setelah tersedak salah satu komponen fidget spinner.
Kedua bocah ini harus dioperasi untuk mengeluarkan komponen fidget spinner dari dalam dada mereka. Bersyukur anak-anak mereka selamat, ibu Britton dan Cayden, Kelly Rose Joniec dan Johely Morelos, memperingatkan orangtua di seluruh dunia agar mengawasi anak yang bermain spinner.
Orangtua harus waspada
Dokter keluarga dan anggota dewan direksi Akademi Dokter Keluarga yang berbasis di Colorado, AS, John L. Bender, mengatakan fidget spinner belum terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). “Karenanya, saya tidak akan meresepkannya dalam praktik medis sebagai alat bantu terapi,” katanya.
Jadi, jika ada orangtua yang bertanya apakah boleh memberikan mainan fidget spinner kepada anak-anak mereka, Bender menjawab, “saya tidak tahu apakah itu bermanfaat atau berbahaya.” Menurutnya perlu penelitian yang detil dan memakan waktu lama untuk mengetahui manfaat spinner di dunia medis. “Masalahnya, saat penelitian selesai, bisa jadi tren mainan anak sudah berubah.”
Mengingat tren spinner tidak bisa dihentikan begitu saja, Komisi Keamanan Produk Konsumen di AS seperti dikutip aura.co.id, memberikan kiat agar anak bisa bermain fidget spinner dengan aman. Jika anak gemar memutar-mutar fidget spinner atau anda baru berencana membeli spinner, perhatikan hal ini demi keselamatan anak:
1. Meski tidak ada peringatan usia pengguna di kemasan, orangtua harus bijak memilih mainan anak. Karena terbuat dari bagian-bagian kecil, fidget spinner tidak cocok dimainkan anak berusia kurang dari 5 tahun. “Kami menyarankan orangtua untuk menjauhkan benda ini dari anak kecil karena mereka bisa tersedak komponen kecil,” kata perwakilan Komisi Keamanan Produk Konsumen AS.
2. Jelaskan tentang bahaya fidget spinner kepada anak. Peringatkan anak agar tidak meletakkan fidget spinner di daerah wajah karena membahayakan jika terkena mata, hidung, terlebih jika ada komponen yang masuk ke mulut.
3. Untuk anak di bawah 10 tahun, pastikan mereka bermain spinner di bawah pengawasan orangtua.
4. Cek seluruh komponen fidget spinner, apakah sudah terpasang dengan benar dan tidak mudah terlepas. Jangan malas cek ulang terutama ketika fidget spinner terlalu sering jatuh. Bisa saja komponen yang sudah rusak atau kendur terlepas saat diputar dan melukai anak.
5. Jika dimainkan di tempat yang tidak tepat, fidget spinner justru mengganggu konsentrasi anak juga orang di sekitarnya. Misalnya anak bermain spinner sambil berjalan. Konsentrasi pada mainan bisa membuat anak kurang waspada pada kondisi jalan dan membahayakan mereka.