Matematika Lebih Dipahami Anak dengan Gerak

The project have investigated whether different types of math math learning strategies changes the way children solves math problems. On the picture mounting of the hood which is used for recording brain activity during solving of math problems. Credit: Image courtesy of Faculty of Science - University of Copenhagen
Penelitian menelisik apakah perbedaan strategi cara belajar matematika berpengaruh pada bagaimana anak memecahkan soal matematika. Sensor di kepala digunakan merekam aktivitas otak selama mengerjakan soal matematika.
Sumber: Faculty of Science University of Copenhagen

RAB.com (JAKARTA): Ternyata matematika lebih dipahami anak dengan gerak. Anak akan lebih mampu memecahkan soal matematika bila mereka melibatkan gerakan pada seluruh badannya.

“Anak-anak lebih banyak belajar dan lebih mampu memecahkan soal matematika bila mereka bergerak dan memakai keseluruhan badannya sebagai alat belajar,” kata kepala peneliti di Departemen Nutrisi, Gerak, dan Olahraga Universitas Copenhagen, Jacob Wienecke.

Riset ini meneliti apakah cara belajar matematika yang berbeda mengubah cara anak-anak menyelesaikan soal matematika. Hasilnya menjelaskan banyak anak mengalami peningkatan dalam matematika bila melibatkan gerak pada seluruh badan.

“Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang intens bisa meningkatkan hasil belajar, kami juga bisa memperlihatkan bahwa aktivitas fisik ringan sama efektif atau bahkan lebih efektif, sepanjang gerakannya terintegrasi dengan topik yang diajarkan.”

Setelah percobaan selama enam minggu, kata Wienecke seperti dikutip situs Sciencedaily.com, nilai semua anak meningkat saat mengerjakan 50 soal standar ujian nasional. Anak  yang dalam instruksinya melibatkan aktivitas seluruh badan  kinerjanya adalah yang terbaik. Nilainya meningkat sebesar 7,6 persen dengan lebih empat jawaban benar dibanding kinerja rata-rata, dan dua kali lebih baik daripada kelompok yang sama sekali tak menggunakan gerakan badan.

Saat anak dikelompokkan sesuai dengan kinerja matematikanya sebelum penelitian, hasilnya  menunjukkan bahwa anak dengan kinerja rata-rata dan di atasnya adalah yang paling merasakan manfaat dari penggunaan gerak seluruh badan dalam pembelajaran. Anak yang tidak cukup baik kemampuan matematikanya menurut penelitian ini hanya sedikit mendapatkan manfaat dari bentuk-bentuk instruksional alternatif ini.

Hasil tersebut menunjukkan cara belajar ini memberikan banyak manfaat untuk anak dibandingkan cara belajar lama. Penelitian ini telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional terkemuka Frontiers of Human Neuroscience.

math

“Cara belajar jenis baru ini penting untuk diingat. Sekolah harus mulai menggabungkan aktivitas fisik selama pembelajaran dengan tujuan meningkatkan motivasi dan kesejahteraan dalam belajar kepada semua anak. Namun srategi belajarnya harus tetap memperhitungkan kemampuan masing-masing anak yang pasti berbeda,” ujar Wienecke.

Saat ini para peneliti sedang menyelidiki bagian otak yang terlibat dalam berbagai strategi pembelajaran. Pada saat yang sama, peneliti akan menguji dampak positif dari cara belajar baru ini pada keterampilan akademik lainnya, seperti membaca.

Kesejahteraan dan belajar pada anak usia sekolah punya dampak signifikan pada  kondisi kehidupannya di masa selanjutnya. Karena itu kerangka kerja  pendidikan dan pengajaran pada sekolah dasar mesti diperbaiki. Reformasi Persekolahan Denmark pada 2014 menekankan pada kegiatan fisik selama pendidikan usia dini dan dasar tahun awal yang sebisa mungkin meniadakan instruksi akademis. Peneliti pada departemen tersebut telah menyelidiki dampak dari beragam jenis instruksi terkait pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar.