RAB.com (JAKARTA): Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Roscosmos, lembaga antariksa Rusia, telah menandatangani kesepakatan baru untuk misi luar angkasa selanjutnya. Misi tersebut adalah membangun stasiun antariksa internasional (ISS) baru di dekat bulan yang rencananya akan dibangun pada 2020.
“Ini adalah misi lanjutan eksplorasi antariksa. Banyak alasan untuk membangun “ISS baru” di dekat bulan,” kata Robert Lightfott, pejabat NASA, seperti dilansir laman Popular Science, Jumat (29/9). Rencana tersebut diumumkan dalam acara International Aeronautics Congress di Adelaide, Australia, pekan lalu.
Dari sisi eksplorasi, lanjutnya, posisi ini membuat kita cukup dekat untuk mengendalikan wahana yang akan dipakai di bulan . Bulan, menurut tim NASA, juga memiliki keistimewaan untuk membangun berbagai struktur landasan yang efisien bagi banyak jenis misi. NASA dan Roscosmos telah memilih enam perusahaan swasta untuk mengembangkan prototipe habitat misi ini.
Perusahaan itu antara lain Deep Space Gateway dan Deep Space Transport, Bigelow Aerospace, Boeing, Lockheed Martin, Orbital ATK, Sierra Nevada Corporation’s Space Systems, dan NanoRacks. Lockheed Martin baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membangun pendaratan di bulan juga sesuai dengan visi mereka untuk Deep Space Gateway.
Menurut NASA, pembangunan ISS baru ini sangat diperlukan lantaran ISS lama sudah bekerja terlalu lama dan cenderung terlalu banyak dibebani berbagai misi. Meski pemanfaatannya diperpanjang hingga 2024, wahana tersebut akan terus menua. “Tidak cukup layak lagi untuk memulai misi lebih mutakhir di antariksa,” tulis NASA dalam keterangan resmi.
Pembangunan ISS baru di dekat bulan untuk menguji berbagai teknologi antariksa yang terbaru maupun lama. Di dekat bulan, kondisinya jauh dari medan magnet pelindung bumi, tapi memiliki radiasi yang lebih kuat. Kondisi ini jelas cocok untuk simulasi kehidupan antarplanet.
Selain Amerika Serikat dan Rusia, kabarnya ada beberapa negara yang akan bergabung, seperti Kanada, Jepang, dan Eropa. Selama ini, negara-negara tersebut sudah banyak terlibat dalam misi ISS. “Kerja sama kami sudah mapan,” ujar Lightfott menambahkan kerja sama internasional ini merupakan wujud kongkret usaha mengeksplorasi antariksa.