RAB.com (JAKARTA): Nobelis ekonomi Robert F. Engle III menyarankan para siswa agar menyukai sains maupun ilmu sosial agar tidak terjebak pada pilihan sempit ketika mempelajari pengetahuan. Semestinya siswa terbuka pikirannya dan tidak terkotak-kotak: hanya suka ilmu sosial dan tidak menyukai sains atau sebaliknya.
“Ilmu sosial dan sains dapat berpadu dan melahirkan sebuah cabang ilmu pengetahuan baru. Perpaduan ilmu tersebut sangat bisa membantu jutaan orang,” kata profesor ekonometrika ini pada dialog dan diskusi bertema “The Prospects for Global Financial Stability” yang diselenggarakan di IPEKA Integrated Christian School (IICS), Meruya, Jakarta Barat, Jumat (24/2). .
Engle dalam acara yang dihadiri 400 peserta diskusi dalam rangka The 6th ASEAN Series-Bridges Dialogues Toward a Culture of Peace itu, menyarankan agar para siswa yang menyukai ilmu sosial, dalam hal ini ekonomi, juga tertarik belajar sains. “Sebaliknya yang suka sains tertarik mempelajari ilmu-ilmu sosial, karena penguasaan atas beragam disiplin ilmu itu ternyata sangat berguna,” ujar peraih Nobel pada 2003 atas metode analisis data deret waktu ekonomi dengan variansi yang berubah menurut waktu atau dikenal dengan analisis ARCH ini.
Engle mencontohkan cabang ilmu ekonometrika dan ekonofisika yang merupakan hasil evolusi dari ilmu ekonomi modern saat ini, yaitu perpaduan ilmu ekonomi dan beberapa disiplin ilmu lain. Ilmu ekonometrika saat ini kerap dipakai oleh negara-negara maju dan berkembang sebagai alat untuk memprediksi pergerakan gejolak perekonomian di dalam negeri maupun global.
“Ilmu pengetahuan baru ini memungkinkan dampak atau risiko volatilitas ekonomi bisa diminimalkan demi menjaga kehidupan masyarakat yang damai dan sejahtera,” ujar Engle yang seorang fisikawan dan mendalami ilmu ekonomi. Hal itu menjadikannya seorang ekonom yang mumpuni. Model ARCH dan generalisasinya telah menjadi alat yang dibutuhkan tidak hanya oleh peneliti, melainkan juga para analis pasar keuangan untuk digunakan dalam penentuan harga pasar serta evaluasi portofolio risiko.
Direktur Utama IPEKA Petroes S. Soeryo yang hadir pada diskusi itu mengatakan bahwa diskusi ini penting bagi para pelajar untuk memahami diri dan potensinya untuk masa depan. Dia mengaku punya harapan khusus dari semua pesan yang disampaikan Engle.
“Khususnya agar para siswa bisa mengenal metode analisis data deret waktu ekonomi yang dikembangkan oleh beliau (Engle). Apa yang dia lakukan semoga menjadi teladan bagi anak-anak didik untuk mengembangkan ilmu ekonomi,” ujarnya.
Petroes mencatat, dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi perubahan unik pilihan siswa SMA atas jurusan yang dianggapnya sebagai “jurusan favorit”. Jika dulu jurusan IPA dianggap jurusan elit untuk anak-anak pandai dan IPS adalah untuk anak yang kurang pandai, sekarang hal itu tidak berlaku.
“Sekarang justru semakin banyak siswa ingin memilih jurusan IPS karena terdorong cita-cita kelak menjadi pelaku ekonomi,” ujarnya. Sayangnya, tren yang menjadikan jurusan IPS sebagai jurusan favorit ini masih disertai dengan pandangan bahwa belajar di jurusan IPS itu “santai” dan tidak perlu belajar ilmu eksakta, seperti matematika yang sulit.