RAB.com (JAKARTA): Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi di Solo dipercepat. Percepatan diperlukan untuk meningkatkan potensi pariwisata selain Yogyakarta dan Bali.
“Saya datang ke Solo atas perintah Presiden Jokowi langsung untuk meningkatkan potensi pariwisata selain Yogyakarta dan Bali,” kata Budi dalam keterangan resminya terkait kunjungan kerja ke Solo, Jawa Tengah, pada Senin (31/7).
Untuk transportasi darat, Budi meminta fungsi-fungsi komersial di Terminal Bus Tipe A Tirtonadi dimaksimalkan. Saat ini, terminal sudah terhubung dengan Stasiun Solo Balapan lewat skybridge (jembatan penyeberangan). Dengan begitu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bisa meningkat.
“Kita akan memberi kesempatan kepada swasta melalui proses beauty contest,” ujar Budi. Dia menargetkan Ditjen Perhubungan Darat merampungkan detail engineering design (DED) pada Februari 2018 sehingga area komersial di terminal bisa segera dimanfaatkan.
Sedangkan untuk transportasi udara, menurut Budi, kapasitas Bandara Adi Soemarmo akan ditingkatkan. Area terminal bandara yang semula 13.000 meter persegi akan diperlebar 2.000 meter persegi dan ditargetkan rampung pada Desember 2017. Pada April 2019, area terminal akan kembali diperluas menjadi 26.000 meter persegi.
Selain itu, runway Bandara Adi Soemarmo juga akan diperpanjang 400 meter dengan lebar 45 meter. Targetnya, projek itu akan selesai pada Oktober 2019. “Perpanjangan runway hingga tiga ribu meter harus dilakukan agar pesawat berbadan besar seperti Boeing 777 dapat mendarat di Adi Soemarmo,” kata Budi.
Dalam kunjungan kerja pada Minggu (30/7), Budi didampingi Walikota Solo Hadi Rudyatmo mengadakan rapat di Terminal Tirtonadi Solo. Hadir dalam rapat, jajaran Pemerintah Kota Surakarta, PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo dan PT KAI.
Projek kereta bandara
Rapat terutama membahas projek Kereta Api Bandara Adi Soemarmo-Stasiun Solo Balapan yang diperkirakan menghabiskan dana Rp 900 miliar. Projek dikerjakan oleh konsorsium BUMN yang terdiri dari PT KAI, PT Angkasa Pura I dan PT Pembangunan Perumahan.
Budi ingin agar pekerjaan konstruksi projek tersebut selesai dalam waktu 10 bulan. Dia meminta Walikota Solo membantu pembebasan lahan projek tersebut seluas 75.613 meter persegi yang masih memerlukan penuntasan.
“Lahan jalur kereta bandara dimiliki oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, TNI Angkatan Udara, PT Kereta Api Indonesia, dan masyarakat. Setelah pembebasan lahan selesai, kami akan melakukan konstruksi dan diharapkan selesai pada November 2018,” tutur Budi.
Berdasarkan data Kemenhub, ada 7,5 hektare lahan warga yang harus dibebaskan untuk trase kereta bandara. Lahan tersebut terdiri dari 472 bidang di Boyolali dan 98 bidang di Solo. Hadi Rudyatmo mengatakan lahan di Solo berada di sepanjang Kelurahan Kadipiro hingga ke Stasiun Balapan.
Dia berjanji tidak akan asal menggusur warga yang terdampak projek. “Soal penertiban pembebasan lahan, ada garis sempadan rel yang akan dipakai untuk double track. Kita bereskan secara kemanusiaan, tidak asal gusur,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri, memaparkan jalur kereta nantinya juga akan dibangun berdampingan dengan jalan tol Solo-Kertosono.
“Jalur akan kita bangun di atas permukaan tanah. Juga akan ada terowongan karena jalur berpotongan dengan interchange jalan tol. Kemudian akan kita bangun dua jembatan di situ,” kata Zulfikri.