RAB.com (JAKARTA): Pemudik diingatkan agar waspada selepas macet yang rawan kecelakaan karena kecenderungan ngebut untuk mengejar waktu. Imbauan ini dikeluarkan mengingat sejumlah skenario sudah disiapkan terkait pengoperasian tol fungsional Brebes-Weleri yang akan mengurangi beban kemacetan di jalur mudik.
“Perjalanan mudik bak memiliki dua sisi. Ketika macet begitu dikeluhkan, selepas macet bahaya kecelakaan bisa mengancam. Nah kecelakaan ini kecelakaan ini kan terjadi di daerah yang tidak macet. Percaya? Ketika macet tidak ada kecelakaan artinya minim,” kata Kakorlantas Irjen Rocyke Lumowa di Kemenpora, Jakarta, Minggu (18/6).
Rocyke mengingatkan kepada pengendara agar tidak terjebak dalam euforia selepas macet. Pengendara, tegas dia, harus selalu hati-hati. “Bahaya ketika dia tembus dari kemacetan, katakanlah dia mengalami macet dua jam, kemudian di ujung kemacetan yang sepi kemudian dia balas waktu yang tersisa dia kebut di depan,” kata Roycke.
Untuk mengatasi kecenderungan ngebut, kata Roycke, Korlantas juga sudah melakukan antisipasi. Ada skenario perlambatan laju kendaraan untuk titik yang rawan sepi. “Kita sudah antisipasi itu misalnya jalan-jalan yang di tol Cipali ini kecenderungan dia ada beberapa kilometer yang sepi di situ ada tanggal-tanggal tertentu yang kita akan buat perlambatan. Atau Ada petugas yang melambai lambaikan bendera atau pada malam hari senter merah untuk memperlambat,” kata jenderal bintang dua ini.
Kecenderungan pemudik memacu mobil sedikit banyak terkait mekanisme penggunaan tol fungsional dari Brebes ke Weleri sepanjang 110 kilometer yang bergantung pada kepadatan volume kendaraan yang melintas di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Nantinya, PT Jasa Marga selaku operator tol akan melakukan penghitungan volume kendaraan saat mudik sebagai dasar pemberlakuan buka-tutup tol.
Mekanisme fleksibel
“Buka tutup itu harus berdasarkan data otentik. Kami dibantu oleh Jasa Marga dengan RTMS (Road Traffic Microwave System), sehingga ada perhitungan berapa volume kendaraan yang telah melewati gate-gate, ini khusus tol ya, sehingga tindakan yang harus dilakukan di persimpangan depan harus seperti berdasarkan data,” ucap Kakorlantas.
Royke mencontohkan pemantauan volume kendaraan di Tol Cikarang Utama menuju ke Cikampek dan Cipali. Data pemantauan di lokasi itu akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukan untuk kendaraan yang masuk ke Palimanan hingga Pejagan. Bila terpantau padat, kata dia, exit-exit mulai dari Kanci, Pejagan, Brebes Barat, Brebes Timur, Kaligangsa, itu sudah kita buka dua jam kemudian.
“Kemudian banyak juga pengalihan-pengalihan arus dengan segala macam skenario sesuai kondisi terakhir. Dan skenario paling parah yang mudah-mudahan tidak terjadi kalau memang Pantura sudah stuck. Berarti kita harus sudah mengalirkan kendaraan ke arah selatan,” ucap dia.
Sedangkan untuk penggunaan tol fungsional, Royke mengatakan operasinya akan bergantung pada kondisi kepadatan kendaraan di tol-tol sebelumnya. Apabila di tol tersebut padat, kemungkinan besar jalur keluarnya akan diarahkan ke jalan-jalan desa.
“Kita maksimalkan kalau bisa masuk tol fungsional, jika padat justru bakal dari fungsional akan dikeluarkan. Kalau fungsionalnya padat berarti kan saya hitung di mana exit-nya baik yang besar maupun kecil,” ujarnya menambahkan exit ke jalan-jalan desa yang kecil itu terdapat 54 perlintasan sebidang dengan jalan mobil.
Di titik-titik itu, lanjut Kakorlantas, bisa saja kita buat bocoran-bocoran bisa keluar bisa juga masuk, kalau Pantura ternyata padat sementara tolnya lancar. Kita akan alirkan. “Jadi semua sudah kami buat sudah dan susun skenario, SOP (standard operating procedure), dan formula-formula untuk menyikapi apabila terjadi kepadatan yang sangat tinggi,” imbuh Royke.