RAB.com (JAKARTA): Projek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang direncanakan terhubung sampai Bandar Udara Kertajati, Majalengka, juga terintegrasi dengan jaringan kereta light rail transit (LRT). “Namun pilihannya ada dua: apakah semuanya kereta cepat atau disambung dengan LRT,” kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Jakarta, Rabu (25/10).
Budi mengatakan soal itu akan didiskusikan dalam waktu dekat yang juga akan membahas mengenai pembiayaan dan lelang kontraktor. Jarak Bandung-Majalengka yang 80 kilometer, lanjut dia, bila ditempuh dengan kereta berkecepatan 200 kilometer per jam berarti akan sampai waktu 30 menit.
Dari stasiun akhir di Bandung, Stasiun Tegalluar, juga akan disambungkan dengan moda ke pusat kota, begitu juga di Stasiun Halim. “Pilihannya akan banyak sehingga feeder (pengumpan) untuk kereta api cepat akan lebih komprehensif,” ucap Menhub menambahkan saat ini trasenya dalam proses pembebasan lahan.
Projek tambahan itu,, kata dia, lebih dulu akan ditawarkan kepada swasta agar tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Kebutuhan keseluruhan transportasi Indonesia sebesar Rp 1.500 triliun. Pemerintah hanya punya Rp 500 triliun. Sisanya lagi swasta. Kalau sudah ada swasta yang mau, ya, masak ditarik-tarik lagi?” tuturnya.
Budi mengatakan kereta cepat Jakarta-Bandung diintegrasikan hingga Majalengka karena Jakarta-Bandung akan diproyeksikan menjadi kota megapolitan pada 2045. “Sehingga dibutuhkan kerangka utama transportasi yang menjadi aksesibilitas Soetta (Bandara Soekarno-Hatta) ke (Bandara) Kertajati,” katanya seperti dikutip Antara.
Kereta cepat Jakarta-Bandung juga ditargetkan bisa menyatu dengan semua proyek infrastruktur di Pulau Jawa pada 2030.
Tranportasi terpadu 2030
Sebelumnya Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Jawa Barat, Eddy Iskandar Muda Nasution mengatakan, rencana melanjutkan rute kereta cepat Jakarta-Bandung menuju Bandara Kertajati di Majalengka baru sebatas gagasan. “Itu mau diteruskan, (ada yang) ke Bandung, ada yang diteruskan melalui Cipali. Dari pinggir jalan tol itu,” kata dia di Bandung, Selasa (24/10).
Eddy mengatakan, sudah dua menteri yang mengutarakan soal itu. Yakni Menteri BUMN Rini Soewandi dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. “Belum ada tindak lanjutnya,” kata dia. Kendati demikian, Eddy mengaku, sudah mendapat gambaran proyek kereta cepat yang rencananya akan diteruskan menuju Bandara Kertajati itu.
“Maunya (biayanya) dari Jepang. Beda kereta, yang ke Bandung oleh China, yang ke Kertajati Jepang,” kata dia. Gagasan kereta cepat menuju Kertajati itu juga belum membahas rinci soal kemungkinan trasenya. “Garisnya belum. Tapi (rencananya) dari Cikampek, dia lewat situ,” kata Eddy.
Menurut Eddy, tidak menutup kemungkinan akan membangun TOD (transit oriented development) baru untuk kepentingan jalur lanjutan menuju bandara Kertajati di Majalengka. “Kemungkinan bikin TOD. Kan TOD itu tergantung aktivitas di situ. TOD akan menyesuaikan,” kata dia.
Eddy mengatakan, belum ada pembahasan resmi soal itu dengan pemerintah Jawa Barat. “Belum. Ini baru penjajakan,” kata dia, “Kita tunggu saja.” Soal progres projek itu, Eddy mengaku belum tahu perkembangannya. “Yang jelas mereka lagi pembebasan tanah,” kata dia.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Bambang Riyanto mengatakan, gagasan kereta cepat Jakarta-Bandung ke Bandara Kertajati di Majalengka, sempat didengarnya langsung dari Menteri BUMN saat bertemu dengan Gubernur Jawa Barat menanyakan progres penyusunan Penetapan Lokasi projek itu.
“Waktu menanyakan progres Penlok saat itu, sudah disampaikan Bu Rini bahwa kereta cepat itu direncanakan, dilanjutkan ke bandara Kertajati,” kata dia di Bandung, Selasa (24/10). Bambang mengatakan, PT PSBI (Pilar Sinergi BUMN Indonesia), konsorsium BUMN yang ditunjuk mengerjakan proyek kereta cepat itu juga sudah mendatangi dinasnya untuk berkonsultasi soal rencana itu.
“PSBI lalu ke Dinas Perhubungan dan BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat),” kata dia. PSBI meminta sejumlah dokumen rencana pengembangan wilayah di seputar bandara Kertajati karena ada aerocity, kita menjawab bukan dalam kapasitas sebagai bidang tata ruang, karena dulu pernah di kita. Kita sampaikan secara umum rencana pengembangan wilayah di sana,” kata Bambang.
Bambang meyakini, rencana itu akan bergulir dalam waktu dekat setelah sejumlah menteri menyampaikan itu pada Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, Menteri Koordinasi bidang Maritim (Menko Maritim) Luhut Pandjaitan mengatakan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung kemungkinan akan tersambung dengan Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa barat.
“Tadi bicara komprehensif kereta cepat Jakarta-Bandung dan sekarang ada peluang mungkin sekaligus dikaitkan dengan bandara Kertajati sehingga cost-nya bisa ditekan,” kata Luhut usai menghadap Presiden di lingkungan Istana kepresidenan Jakarta, Senin (23/10).
Luhut mengungkapkan bahwa pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan bagian dari proyeksi pembangunan yang pada 2030 tersambung sebagai transportasi terpadu yang sangat dibutuhkan masyarakat. “Jadi tidak melihat dari proyeknya saja, tapi melihat konektivitas Pulau Jawa, yaitu Jakarta-Bandung itu menjadi satu pada 2030.”