Tingkat Kepuasan dan Elektabilitas Jokowi Naik

jokoboi

RAB.com (JAKARTA): Kinerja Presiden Joko Widodo dan kabinetnya dalam mengatasi beberapa persoalan bangsa cenderung menurun dalam enam bulan terakhir,  namun, pada saat yang sama, sosok kepemimpinannya justru makin menjadi rujukan publik. Tingkat kepuasan dan elektabilitas Jokowi sebagai pemimpin negeri ini meningkat.

Hasil survei Litbang Kompas pada 25 April-7 Mei 2017 secara tatap muka pada 1.200 responden menunjukkan, sebanyak 63,1 persen responden menilai ”puas” terhadap kinerja pemerintah. Ini berarti ada penurunan apresiasi dibandingkan dengan hasil survei Oktober 2016, dengan 65,9 persen responden yang menyatakan puas terhadap kinerja pemerintah.

Kecuali terhadap upaya pemberantasan korupsi, penurunan apresiasi terjadi di setiap bidang perekonomian, kesejahteraan sosial, dan politik-keamanan. Penurunan apresiasi ini dapat dibaca sebagai pesan publik, yang mengindikasikan bagaimana kualitas kepemimpinan dilaksanakan di lapangan dalam enam bulan ini dirasakan melemah.

Namun, penurunan apresiasi itu dapat bermakna lain tatkala di tengah tren penurunan tersebut, sosok kepemimpinan Jokowi justru semakin menjadi rujukan publik. Hasil survei ini menunjukkan, tingkat elektabilitas Jokowi sebagai tokoh yang dianggap layak sebagai presiden sebesar 41,5 persen, meningkat dibandingkan dengan penilaian periode Oktober 2016 (37,7 persen).

Bisa diartikan penurunan apresiasi terhadap kinerja pemerintah belum berindikasi pada penurunan legitimasi. Justru saat ini makin banyak publik yang melegitimasikan sosoknya dan menaruh harapan padanya. Namun, hasil survei pada responden berusia di atas 17 tahun yang dipilih secara acak proporsional bertingkat di 32 propinsi juga mengungkapkan ada sosok lain di luar Jokowi yang menjadi rujukan kepemimpinan.

Prabowo Subianto menjadi pilihan kedua terbesar, dirujuk sekitar 22,1 persen responden. Menariknya, tingkat elektabilitas Prabowo pun meningkat signifikan. Pada survei Oktober 2016, elektabilitas Prabowo 16,3 persen. Peningkatan elektabilitas Prabowo ditempatkan sebagai alternatif solusi dari persoalan yang dihadapi. Kondisi ini patut dibaca sebagai pesan politik publik pada sisa paruh pemerintahan Jokowi.

joko puas

Dua sosok kian dominan

Elektabilitas Presiden Joko Widodo, jika pemilu dilakukan saat ini, masih relatif jauh di atas tokoh lain jika pemilu presiden digelar saat ini. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berada di posisi kedua. Hal itu terlihat dari survei terakhir Harian Kompas yang dipublikasikan pada Senin (29/5).

Seperti dikutip Kompas, geliat stabilitas politik, keamanan, penegakan hukum, dan kesejahteraan dalam enam bulan terakhir jadi pertimbangan signifikan warga untuk mengidolakan pemimpin yang dianggap mampu mengatasi persoalan. Sebagai rujukan, sosok merepresentasikan prestasi kerja dan ketegasan jadi makin diminati.

Dari beragam nama, sosok Presiden Joko Widodo belum tergoyahkan, dan masih jadi referensi terbesar. Namun, saat sama, sosok Prabowo Subianto pun diminati. Hingga kini, keduanya semakin populer di mata publik, dan kian jauh meninggalkan popularitas sosok-sosok lainnya.

Praktis, hasil survei berkala yang dilakukan Litbang Kompas sejak Januari 2015 hingga April 2017 menunjukkan masih kuatnya dominasi keterpilihan kedua sosok itu dalam benak publik. Tampilnya kedua sosok itu tak lepas dari ketatnya pola kontestasi politik yang dihadapi keduanya saat Pemilu Presiden 2014.

Selepas hasil pemilu diumumkan, yang mengukuhkan Jokowi sebagai presiden dengan dukungan suara 53,2 persen (berselisih 6,3 persen suara pemilih), arus dukungan publik terhadap sosok Jokowi ataupun Prabowo tetap berlanjut. Dalam waktu dua tahun terakhir, peta keterpilihan keduanya semakin dinamis. Berbagai hasil survei opini publik menunjukkan dinamika popularitas keduanya.

Survei pada Januari 2015, misalnya, keduanya mampu menguasai hingga 56 persen dari total pilihan masyarakat. Pada saat itu, Jokowi tergolong dominan, dipilih sekitar 42,5 persen responden dan Prabowo 13,7 persen. Sisanya merujuk nama-nama lain di luar Jokowi dan Prabowo atau kelompok responden yang belum punya sosok yang diidolakan sebagai pemimpin nasional.

Seiring berjalannya waktu, pola keterpilihan kedua sosok itu jadi makin kompetitif. Belakangan, baik Jokowi maupun Prabowo mampu menciptakan tren peningkatan dukungan. Sebaliknya, dominasi kedua tokoh itu berimplikasi pada semakin sedikitnya ruang keterpilihan bagi tampilnya sosok lain.

Sebagai gambaran, survei April 2017 menunjukkan 41,6 persen responden proporsi tersebut naik sekitar 4 persen dari Oktober 2016. Sisi lain, Prabowo dipilih 22,1 persen responden, meningkat hingga 5 persen dibandingkan survei periode sebelumnya. Jika digabungkan, keduanya mampu menguasai 63,7 persen, atau hampir dua pertiga dari total responden.

Proporsi itu tampak semakin membesar dari waktu ke waktu dan pada sisi lain justru meredupkan alternatif pilihan publik pada sosok lain. Tokoh rujukan publik, seperti pemimpin level daerah Basuki Tjahaja Purnama, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, gubernur DKI terpilih Anies Baswedan, dan sosok lainnya berlatar belakang politisi, militer, menteri, masih jadi pilihan pada survei terakhir total meraih 12,4 persen atau tingkat keterpilihan masing-masing jauh di bawah 2 persen

jokopuas