RAB.com (JAKARTA): Wright Electric menawarkan pesawat komersial bertenaga motor listrik dalam 10 tahun mendatang. Pesawat rancangan Wright Electric berkapasitas 150 penumpang akan mengambil pasar Boeing 737 yang diserap 30 persen dari semua penerbangan dengan total nilai mencapai 26 miliar AS.
Lewat pesawat komersil Wright One, perusahaan rintisan (start-up) ini akan melayani penerbangan yang jaraknya kurang dari 483 km (300 mil) seperti dari London ke Paris. Dalam acara Y Combinator’s Demo Day Rabu (22/3), Wright Electric menyatakan dengan menghilangkan kebutuhan bahan bakar avtur, harga tiket bisa turun drastis.
Tawaran itu telah mendapat sambutan dari perusahaan penerbangan berbiaya rendah asal Inggris. Easyjet menyatakan minatnya terhadap teknologi ini. “Easyjet telah berdiskusi dengan Wright Electric dan secara aktif memberikan perspektif dari sisi maskapai penerbangan pada pengembangan teknologi menarik ini,” kata perwakilan Easyjet.
Namun, sejumlah rintangan signifikan perlu diatasi agar Wright One bisa menjadi sebuah kenyataan. Perusahaan ini sangat bergantung pada inovasi dalam teknologi baterai yang terus ditingkatkan. Jika tidak, Wright Electric tidak akan mampu membangun tenaga listrik yang cukup agar pesawat bisa menjangkau daya tempuh yang diharapkan.
Ahli industri penerbangan agak skeptis dengan klaim Wright Electric. Graham Warwick, editor teknologi pada Aviation Weekly, mengatakan teknologi seperti itu masih sangat jauh .”Teknologi baterainya belum ada. Ini proyeksi masa datang tapi perlu perbaikan yang signifikan. Ada aturan-aturan yang belum dibuat seperti sertifikasi keselamatan, dan itu membutuhkan waktu.”
Hingga kini Wright Electric belum menghasilkan pesawat sendiri. Mereka bekerja sama dengan Chip Yates pemegang beberapa rekor kendaraan listrik yang memiliki Long-ESA, pesawat terbang bermotor listrik tercepat di dunia. Dalam uji coba dua tahun lalu, Long-ESA mampu mencapai hingga 354 km per jam, mengalahkan kecepatan dua jenis pesawat Cessna bermesin tunggal.
Teknologi pengganti dekade mendatang
Pesaing Wright Electric termasuk raksasa penerbangan Airbus, telah mengembangkan pesawat dua kursi bertenaga listrik E-Fan sejak 2014. Airbus berencana membuat sendiri pesawat listrik berjarak pendek dengan kapasitas 70 hingga 90 penumpang.
Lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Juli 2015 telah menguji teknologi motor listrik dalam pesawat model. Dalam dua-tiga tahun berikutnya NASA berharap bisa menerbangkan pesawat-X berpilot dari modifikasi Tecnam P2006T yang sudah diganti sayap dan mesin-mesinnya dengan versi termutahkhir dari sayap LEAPTech (Leading Edge Asynchronous Propeller Technology).
Menggunakan badan pesawat (airframe) aslinya memungkinkan para insinyur untuk membandingkan kinerja hasil mofifikasi dengan pesawat Tecnam P2006T. Beberapa bulan berikutnya, para peneliti NASA melangsungkan uji lapangan (ground testing) teknologi propulsi (motor) listrik dari projek ini. Teknologi ini memasang beberapa motor listrik yang dikendalikan dengan komputer di sepanjang bentangan sayap.
Peneliti NASA ketika itu telah menguji bentangan sayap karbon komposit sepanjang 31-kaki dengan 18 motor listrik yang disuplai batere lithium besi fosfat. Sayap eksperimental itu disebut Hybrid-Electric Integrated Systems Testbed (HEIST) yang dipasang pada satu bak truk yang telah dimodifikasi.
Dalam visi NASA, mesin pesawat teknologi turbin maupun motor bakar untuk penerbangan di bawah kecepatan suara (subsonik) jarak pendek akan digantikan motor listrik bertenaga baterai dalam dekade mendatang. Projek LEAPTech akan menguji anggapan bahwa rangka pesawat yang menyatu dengan baling-baling, dimungkinkan oleh motor listrik, akan memberikan perbaikan efisiensi dan keselamatan, juga ramah lingkungan dan lebih hemat.
Menurut insinyur penerbangan NASA, Mark D. Moore, efisiensi motor listrik 95 persen dibanding efisiensi pendorong mesin turbin yang dengan teknologi termutakhir yang hanya 45 persen. “Mesin turbin yang besar itu di masa datang akan digantikan beberapa motor listrik penggerak propeler yang bisa ditempatkan di hampir semua bagian pesawat nyaris tanpa kesulitan teknis apapun.”
Video dapat dilihat di: